Friday

Nilai Kepuasan Manusia

“Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Seandainya seseorang itu mempunyai satu lembah dari emas niscaya ia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak ada yang dapat memenuhi mulutnya kecuali tanah (ia tidak akan merasa puas terhadap dunia ini sebelum mati) Dan Allah SWT akan senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat“. (HR. Bukhari dan Muslim)

Manusia dengan segala pernik-pernik di dunia ini mudah sekali untuk tergoda, bahkan hingga pada taraf ingin memiliki lebih dan lebih. Dalam benaknya terlintas bagaimana keinginan itu tetap menjadikan realita dan cita-cita.

Pada diri manusia ada sifat tamak, rakus dan qonaah (puas hati).Masing-masing diri manusia ada kecenderungan untuk menjadi manusia rakus, tamak dan ada juga manusia yang qonaah dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Kita sama tahu bagaimana kisah Qorun, dengan kekayaan yang dimiliki dan ingin selalu memiliki. Hingga gudangnya penuh dengan kekayaan melimpah ruah, sampai gembok dan kuncinyapun besarnya alang kepala.
Namun sang Qorun masih tetap tidak puas (qonaah) atas pemberian Allah SWT, harta yang banyak sebagai amanah padanya. Bahkan karena terlalu kayanya hingga timbul rasa kikir dan pelit. Takut hartanya berkurang, darimana harus mendapatkannya lagi jika harta itu berkurang.

Demkianlah Qorun dengan tamaknya pada harta hingga belum merasa puas jika tidak memiliki dua, tiga gudang dan seterusnya. Timbul sifat tamak, karena tidak menyadari bahwa harta hanya merupakan titipan sementara. Tidak paham bahwa kehidupan abadi ada di surga. Tidak tahu bahwa harta bisa menyelamatkan dan mencelakakan dirinya. Jawaban apa yang akan diberikan kepada Allah SWT tat kala ditanyakan tentang dua hal,
pertama : waktu yang diberikan dan dipergunakan untuk apa,
kedua : harta dari mana di dapatkan dan dibelanjakan kemana?

Harta banyak belum tentu menambah ketenangan, harus memikirkan juga bagaimana mengurusi dan menjaganya. Sehingga waktupun banyak tersita dengannya. Sehingga menjadikan agenda pemikiran tiap hari dan menyita waktu yang banyak. Lain halnya bila harta banyak tapi tidak menggangu konsentrasinya, selalu Allah SWT sebagai agenda setiap harinya. Pemikirannya tertuju hanya untuk Allah SWT yang satu semua harta dibelanjakan.

Dalam surat takatsur dijelaskan, ciri has manusia adalah selalu mengumpulkan harta bermegah-megahan sehingga melalaikannya. Asyik dengan hal dunia saja dengan harta, pangkat, jabatan. Sehingga melalaikan Allah, hingga ketika mulutnya di sumpal dengan tanah (mati) maka baru menyadari bahwa dirinya telah dipanggil oleh Allah SWT dan baru merasa puas dan sadar.

Tiada yang bisa menghentikan ketamakkan diri manusia, kecuali mati menjemputnya. Bila tujuan dan misi hidupnya hanya untuk Allah SWT semata, maka apapun yang diamanatkan oleh Allah SWT kepadanya, akan di pergunakan dengan sebaik-baiknya. Tidak menghianati dan melalaikan apa yang Allah SWT titipkan kepada dirinya.
Terima kasih atas pencerahannya di : www.muslimdelft.nl


10 comments:

  1. manusia memang makhluk yang paling sempurna.
    Karena kesempurnaan itu bisa menjadikan lupa diri.
    Manusia ... tidak pernah merasa puas sebelum di beri pusara...
    Pizzz.

    ReplyDelete
  2. yah itulah manusia...mudah lupa ya...kalo keterusan jadi kacang lupa kulit ntar, ato pagar makan tanaman...weleeeehh..., trims ya atas nice coment nya...
    ..sabar dan perbanyak iman..!

    ReplyDelete
  3. Smoga kita bisa mengambil makna dari tulisan di atas.. keep sharing.. thx:)

    ReplyDelete
  4. Bener tuh mbak manusia tidak akan merasa puas dgn apa yang ia miliki. Yang terpenting kita hrs selalu tawakkal dan rendah diri :D

    ReplyDelete
  5. Mau komen apa ya! Kayaknya udah terwakili komen2 diatas. Yang penting kita sering liat ke bawah kita aja deh!

    ReplyDelete
  6. ini yang jadi kelemahan manusia..

    selalu tak pernah puas..

    ReplyDelete
  7. orang tidak akan pernah merasakan puas
    hehehehehehehe

    ReplyDelete
  8. mirip dengan kemampuan manusia seperti setetes air dan keinginan manusia seluas lautan

    ReplyDelete